Hay
guys.. Hari ini tanggal 2 Mei kan ya, udah pada tau dong pastinya hari ini hari
apa? Hmm.. iya sih, selain hari ini hari Senin, hari ini juga merupakan Hari
Pendidikan Nasional loh. Jadi ucapin selamat dong buat pendidikan saat ini, cie
pendidikan lagi ulang tahun nih :) BTW, ngomong-ngomong soal pendidikan saat
ini, gimana sih potret pendidikan di Indonesia? Tapi sebelumnya kita bahas dulu
ya definisi dari pendidikan dan tokoh-tokoh yang punya peranan penting. Yuk,
cek lengkapnya..
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pendidikan berasal dari kata “didik”
yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti cara, proses atau
perbuatan mendidik.Sedangkan menurut bahasa, kata pendidikan (pedagogi) berasal
dari kata “paid” yang berarti anak dan “agogos” yang berarti membimbing,
sehingga pedagogi atau pendidikan merupakan ilmu untuk membimbing anak. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses
pengubahan sikap atau perilaku seseorang (anak) dalam usaha menjadikannya
dewasa dengan suatu metode pembelajaran.
Menyinggung
masalah pendidikan tentunya tidak lepas dari tokoh-tokoh yang berpengaruh dan
memiliki peran penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut
diantaranya:
1.
Ki Hajar
Dewantara (Ki Hajar Dewantoro)
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang lahir di
Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan meninggal pada usia 69 tahun pada 26 April 1959.
Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi
dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi di zaman penjajahan Belanda. Beliau
merupakan pendiri sekolah Taman Siswa. Dan sampai saat ini tanggal kelahirannya
diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara juga memiliki
semboyan “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”
dan salah satu dari semboyannya tersebut (Tut Wuri Handayani) menjadi slogan
Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Untuk mengenang jasa dan
perjuangannya, nama Ki Hajar Dewantara diabadian sebagai nama salah satu kapal
perang Indonesia, yaitu KRI Ki Hajar Dewantara.
2.
Kyai Haji Ahmad
Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan memiliki nama asli Muhammad
Darwis yang lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868, dan meninggal di usia 54
tahun di tanah kelahirannya juga pada 23 Februari 1923. Ahmad Dahlan merupakan
Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya (Abu Bakar) merupakan ulama dan khatib
terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibunya juga merupakan
putri seorang penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hardiningrat pada masa itu.
Pemikiran-pemikiran Muhammad Darwis tentang Islam
dimulai saat ia berada di Mekah untuk melaksanakan kewajiban haji di usia 15
tahun, sehingga saat kembali pulang ke kampungnya beliau berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi (perkumpulan) Muhammadiyah
pada tahun 1912 dimana organisasi ini bergerak dalam bidang sosial dan
pendidikan, bukan politik.
3.
Kyai Haji
Mohammad Hasyim Asy’arie
K.H. Mohammad Hasyim Asy’arie merupakan tokoh
pendidikan Indonesia yang lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur pada 10 April 1875, dan meninggal pada usia 72 tahun di
tanah kelahirannya (Jombang) pada 25 Juli 1947. Beliau merupakan salah satu pendiri
Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi massa Islam terbesar di
Indonesia di samping Muhammadiyah.Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin
mendapat sebutan “Hadratus Syeikh” yang berarti Maha Guru.
4.
Raden Ajeng
Kartini
Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini
merupakan tokoh pelopor pendidikan yang lahir di Jepara, 21 April 1879 dan
meninggal di Rembang pada 17 September 1904 di usianya yag masih muda, yaitu 25
tahun. Kartini dikenal sebagai tokoh pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang
memperjuangkan nasib kaum wanita agar setara dengan kaum laki-laki, dalam hal
ini adalah agar wanita pada saat itu dapat mengenyam pendidikan yang layak
seperti saat ini.
5.
Dewi Sartika
Dewi Sartika merupakan tokoh pendidikan dari
Bandung. Perjuangannya dimulai sejak tahun 1902 dengan mengajarkan anggota
keluarganya yang perempuan untuk merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca,
menulis dan lain-lain.
Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri (Sekolah
Perempuan) pada 16 Januari 1904. Memasuki usia ke-10, maka Dewi Sartika
mengubah nama sekolahnya menjadi Sakolah Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan
Perempuan). Kemudian pada bulan September 1929 berganti nama lagi menjadi
Sekolah Raden Dewi. Dewi Sartika meninggal di Tasikmalaya pada 11 September
1947.
Nah.. itu dia tokoh-tokoh yang memiliki peranan
penting dalam membangun pendidikan di Indonesia, bahkan sejak zaman penjajahan
dulu. Setelah diperjuangkan mati-matian seperti itu, lalu bagaimana sih nasib
pendidikan Indonesia saat ini?
Dari sekian ribu sekolah yang ada di Indonesia,
ternyata masih banyak orang Indonesia yang belum mengerti akan pentingnya
pendidikan. Hal ini seringkali terjadi di daerah pedalaman (pelosok). Mayoritas
orang tua hanya memperdulikan agar anak mereka mampu bekerja keras sejak kecil,
menolong dan membantu pekerjaan yang seharusnya belum layak untuk mereka
kerjakan.
Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun Kompas
(13/05/2015), sebanyak 149.552 gedung SD dan SMP dinyatakan rusak. Tentunya hal
ini juga mempengaruhi kualitas belajar siswa dalam menerima materi
pembelajaran. Apabila fasilitas yang diberikan tidak memadai, maka minat siswa
untuk memahami pelajaran cenderung berkurang.
Dalam event
Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei ini, sebagai bangsa yang telah merdeka
sejak 70 tahun lalu, seharusnya kualitas pendidikan lebih ditingkatkan. Agar
pendidikan yang dihasilkan juga lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar