Minggu, 01 Mei 2016

Hari Pendidikan Nasional

Hay guys.. Hari ini tanggal 2 Mei kan ya, udah pada tau dong pastinya hari ini hari apa? Hmm.. iya sih, selain hari ini hari Senin, hari ini juga merupakan Hari Pendidikan Nasional loh. Jadi ucapin selamat dong buat pendidikan saat ini, cie pendidikan lagi ulang tahun nih :) BTW, ngomong-ngomong soal pendidikan saat ini, gimana sih potret pendidikan di Indonesia? Tapi sebelumnya kita bahas dulu ya definisi dari pendidikan dan tokoh-tokoh yang punya peranan penting. Yuk, cek lengkapnya..

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti cara, proses atau perbuatan mendidik.Sedangkan menurut bahasa, kata pendidikan (pedagogi) berasal dari kata “paid” yang berarti anak dan “agogos” yang berarti membimbing, sehingga pedagogi atau pendidikan merupakan ilmu untuk membimbing anak. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap atau perilaku seseorang (anak) dalam usaha menjadikannya dewasa dengan suatu metode pembelajaran.
Menyinggung masalah pendidikan tentunya tidak lepas dari tokoh-tokoh yang berpengaruh dan memiliki peran penting dalam dunia pendidikan Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya:
1.      Ki Hajar Dewantara (Ki Hajar Dewantoro)
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan meninggal pada usia 69 tahun pada 26 April 1959. Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi di zaman penjajahan Belanda. Beliau merupakan pendiri sekolah Taman Siswa. Dan sampai saat ini tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara juga memiliki semboyan “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” dan salah satu dari semboyannya tersebut (Tut Wuri Handayani) menjadi slogan Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia. Untuk mengenang jasa dan perjuangannya, nama Ki Hajar Dewantara diabadian sebagai nama salah satu kapal perang Indonesia, yaitu KRI Ki Hajar Dewantara.
2.     Kyai Haji Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan memiliki nama asli Muhammad Darwis yang lahir di Yogyakarta pada 1 Agustus 1868, dan meninggal di usia 54 tahun di tanah kelahirannya juga pada 23 Februari 1923. Ahmad Dahlan merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya (Abu Bakar) merupakan ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibunya juga merupakan putri seorang penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hardiningrat pada masa itu.
Pemikiran-pemikiran Muhammad Darwis tentang Islam dimulai saat ia berada di Mekah untuk melaksanakan kewajiban haji di usia 15 tahun, sehingga saat kembali pulang ke kampungnya beliau berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi (perkumpulan) Muhammadiyah pada tahun 1912 dimana organisasi ini bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan, bukan politik.
3.     Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie
K.H. Mohammad Hasyim Asy’arie merupakan tokoh pendidikan Indonesia yang lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada 10 April 1875, dan meninggal pada usia 72 tahun di tanah kelahirannya (Jombang) pada 25 Juli 1947. Beliau merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia di samping Muhammadiyah.Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin mendapat sebutan “Hadratus Syeikh” yang berarti Maha Guru.
4.     Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini merupakan tokoh pelopor pendidikan yang lahir di Jepara, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang pada 17 September 1904 di usianya yag masih muda, yaitu 25 tahun. Kartini dikenal sebagai tokoh pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang memperjuangkan nasib kaum wanita agar setara dengan kaum laki-laki, dalam hal ini adalah agar wanita pada saat itu dapat mengenyam pendidikan yang layak seperti saat ini.
5.     Dewi Sartika
Dewi Sartika merupakan tokoh pendidikan dari Bandung. Perjuangannya dimulai sejak tahun 1902 dengan mengajarkan anggota keluarganya yang perempuan untuk merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan lain-lain.
Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pada 16 Januari 1904. Memasuki usia ke-10, maka Dewi Sartika mengubah nama sekolahnya menjadi Sakolah Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kemudian pada bulan September 1929 berganti nama lagi menjadi Sekolah Raden Dewi. Dewi Sartika meninggal di Tasikmalaya pada 11 September 1947.
Nah.. itu dia tokoh-tokoh yang memiliki peranan penting dalam membangun pendidikan di Indonesia, bahkan sejak zaman penjajahan dulu. Setelah diperjuangkan mati-matian seperti itu, lalu bagaimana sih nasib pendidikan Indonesia saat ini?
Dari sekian ribu sekolah yang ada di Indonesia, ternyata masih banyak orang Indonesia yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan. Hal ini seringkali terjadi di daerah pedalaman (pelosok). Mayoritas orang tua hanya memperdulikan agar anak mereka mampu bekerja keras sejak kecil, menolong dan membantu pekerjaan yang seharusnya belum layak untuk mereka kerjakan.
Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun Kompas (13/05/2015), sebanyak 149.552 gedung SD dan SMP dinyatakan rusak. Tentunya hal ini juga mempengaruhi kualitas belajar siswa dalam menerima materi pembelajaran. Apabila fasilitas yang diberikan tidak memadai, maka minat siswa untuk memahami pelajaran cenderung berkurang.

Dalam event Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei ini, sebagai bangsa yang telah merdeka sejak 70 tahun lalu, seharusnya kualitas pendidikan lebih ditingkatkan. Agar pendidikan yang dihasilkan juga lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar